Senin, 22 November 2010

artikel kesetiakawanan bencan alam

Nama : Yuli Octavia

NPM : 15609745

Kelas : 2sa02

KESETIAKAWANAN TERHADAP KORBAN BENCANA ALAM

“Akhir-akhir ini kita menghadapi peristiwa yang tidak menggembirakan, namun masyarakat kita teguh saat menghadapi musibah. Tapi kita bisa baca dan dengar bahwa kesetiakawanan masih hidup, dengan masa modern kesetiakawanan masih hidup,” kata wapres.

Dijelaskannya, musibah bencana alam yang melanda beberapa wilyah di Tanah Air baru-baru ini di sisi lain bisa memperlihatkan bahwa kesetiakawanan dan rasa ingin membantu sesame masih lekat.

“Mereka yang punya tugas untuk menangani, ada juga relawan yang menyediakan diri dan waktunya bahkan ada yang meninggal untuk selamatkan warga masyarakat, saudaranya” kata Boediono.

Rasa kesetiakawanan juga diperlihatkan, masih menurut wapres, ketika warga yang rumahnya tidak terkena dampak bencana alam memberikan rumah penampungan sementara.

“Memang ada berita yang tidak terlalu baik dari segi dampak dan akibat bencana. Namun bencana ini juga membuktikan bahwa kesetiakawanan masih ada, mereka tidak berkomentar namun bekerja secara luar biasa” tegasnya.

Wapres mengatakan, musibah yang hampir beruntun terjadi tersebut hendaknya tidak membuat masyarakat putus asa.

Ia memaparkan Indonesia yang memang terletak di daerah yang rawan bencana telah dibuktikan oleh nenek moyang bangsa ini bahwa dengan keinginan yang kuat maka dapat bertahan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.

Dijelaskannya, pemerintah sudah memberikan yang terbaik dari yang mampu dilakukan untuk menangani bencana alam tersebut. [antara/mvi]

Atasi Bencana, Yogya Siapkan RAD-PRB

Tue, 17/07/2007 - 17:05 — djuni

Atasi Bencana, Yogya Siapkan RAD-PRB

Sabtu, 24/03/2007 10:23 WIB
YOGYAKARTA - Mengingat banyaknya bencana alam yang terus melanda Indonesia maka mendesak segera dibuat suatu kerangka nasional dan daerah baik secara hukum dan administratif untuk menanggulangi bencana alam tersebut.

Senior Adviser UNDP Indonesia Puji Pujiono mengatakan, meskipun DPR RI telah berencana mengesahkan RUU Penanggulangan Bencana pada 29 Maret, namun dianggap belum mencukupi. Sehingga secara administratif pemerintah daerah di seluruh Indonesia harus segera memasukan Rencana Aksi Daerah untuk Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) dalam rencana kerja daerah setidaknya tahun 2008.

“RUU Penanggulangan Bencana itu kan sifatnya secara hukum, nah administrstifnya melalui rencana aksi daerah ini,?? tegas Puji Pujiono dalam acara sosialisasi Rencana Aksi Nasional dan Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) di kompleks Kepatihan Yogyakarta, Sabtu (24/03/2007).

Puji Pujiono menambahkan Yogyakarta merupakan Propinsi pertama yang sudah siap untuk merealisasikan RAN-PRB ini tahun 2008 yang kemudian akan disusul oleh Propinsi NAD, Bali, dan Jawa Barat.

“Kesiapan Yogya telah terlihat paling tidak dalam penanganan gempa 27 Mei kemarin,?? kata Puji.

Sementara itu Asekda Propinsi DIY Bidang Fasilitasi dan Investasi, Dr. Ir. Sunyoto mengatakan masyarakat Yogyakarta harus pro natural disaster melalui cara-cara manajemen bencana yang tengah disiapkan saat ini.

“Untungnya kita sudah punya modal sosial baik kegotongroyongan maupun kesetiakawanan, sehingga untuk penanganan bencana diharapkan akan lebih mudah,?? kata Sunyoto

Di sisi lain, Dr.Ir. Suparayoga Hadi, Direktur Kewilayahan ll Bapenas menyebutkan bahwa dari 440 kabupaten atau kota di Indonesia 383 diantaranya merupakan kawasan dengan kerentanan cukup tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanannya antara lain jumlah penduduk yang tinggi, tingkat kepadatan penduduk yang tidak merata, dan sebagian besar berupa bantaran sungai merupakan permukiman penduduk dengan kepadatan tinggi. (satria nugraha/TRIJAYA/fmh)

Sabtu, 20 November 2010

tugas ISD

Nama : Yuli Octavia

NPM : 15609745

Kelas : 2sa02

Evaluasi

1. Jelaskan pengertian sosiologi menurut pandangan saudara, brdasarkan pendapat-pendapat tentang sosiologi dari beberapa pendapat pakar sosiologi yang telah kalian pelajari.

2. Jelaskan, mengapa sosiologi dikategorikan dalam kelompok ilmu social?

3. Jelasksn, perbedaan bahasan antara sosiologi dengan ekonomi, atau ilmu politik yang juga termasuk di dalam lingkup ilmu social.

4. Sebut dan jelaskan empat sifat dari ilmu pengetahuan secara terperinci.

5. Obyek dari sosiologi adalah masyarakat. Coba jelaskan masyarakat dari sudut pandang yang bagaimana yang menjadi obyek dari sosiologi?

6. Masyarakat sebagai suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, tentunya memiliki ciri-ciri pokok agar dapat disebut sebagai suatu masyarakat. Sebutkan ciri-ciri pokok dari masyarakat tersebut?

7. Untuk mempelajari obyeknya, sosiologi memiliki metode-metode atau cara kerja yang dapat dipakai, diantaranya adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Jelaskan kedua metode tersebut, serta bagaimana penerapannya untuk mempelajari sosiologi?

8. Metode fungsionalisme juga sering digunakan oleh sosiologi, mengapa metode ini digunakan oleh sosiologi?

Jawaban

1. Sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. 1842: istilah sosiologi sebagai cabang ilmu sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte.

2. Sebab sosiologi itu adalah sains tentang society [socius: kawan] atau masyarakat, suatu ilmu yang empiris, factual, apa adanya, imanen dan positif. Alhasil, pasti fisik, bukan metafisik. Dengan demikian, Sosiologi mengkaji tentang hal-hal yang terjadi secara saintifik; bukan yang seharusnya terjadi [yang das sein bukan yang das sollen].

3. Perbedaannya adalah terletak pada dimensi atau sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ilmu sosial untuk memahami, menelaah dan mencermati masyarakat itu secara khusus. Ilmu Ekonomi mencoba memahami kehidupan individu dan masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidup mereka. Usaha-usaha tersebut merupakan usaha manusia dalam memproduksi, mendistribusikan dan mengkonsumsi barang dan jasa terbatas dalam masyarakat. Sementara itu Ilmu Politik memahami tentang hak dan wewenang, kekuasaan, proses pembuatan keputusan dalam masyarakat serta konflik yang terjadi sebagai akibat dari distribusi dan alokasi barang dan jasa yang dianggap mempunyai nilai oleh masyarakat menjadi tidak seimbang. Sedangkan sosiologi mecoba memahami tentang struktur sosial, lembaga soaial, lapisan sosial, perubahan sosial, interaksi sosial, mobilitas sosial dan modernisasi.

4. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaiaan antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek penliti atau subjek penunjang.

Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, meyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda denagn ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

5. Soiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.

Objek material

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antar manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek formal

Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

6. Sekelompok manusia dapat dikayakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem)/ atau aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesame mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat berrcocoktanam, dan masyarakat agricultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industry dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agricultural tradisional. Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat Negara.

7. Penelitian Kualitatif Sosial merupakan metode menemukan jawaban terkait fenomena sosial berdasarkan fakta melalui pendekatan kualitatif. Dalam bukunya, Metode Penelitian Sosial, Neuman mendefinisikan penelitian sosial sendiri sebagai sekumpulan metode yang digunakan secara sistematis untuk menghasilkan pengetahuan. Penerapan Metode penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara non-statistik meskipun tdak selalu harus menabukan penggunaan angka.

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peniliti sebagai alat. Peniliti harus mampu mengungkapkan gejala sosial di lapanagan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkapkan data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan linkungan responden.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori, dan/atau hipotensis yang berkaitan dengan phenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi metamatisdari hubungan-hubungan kuantitatif.

Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meniliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.

8. Fungsionalisme yang berupaya menulusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.